Shamaa il-Tirmidhi, Chapter 047, Hadith Number 009 (334).
————————————–
Imaam Hasan Radiyallahu ‘Anhu says, (my younger brother) Husayn said: “I
asked my father (Sayyidina ‘Ali Radiyallahu ‘Anhu) about the conduct of
Rasulullah Sallallahu ‘Alayhi Wasallam in his assemblies’ He replied..
‘Rasulullah Sallallahu ‘Alayhi Wasallam was :
1. always happy and easy mannered. There was always a smile and a sign of happiness on his blessed face.
Selalu bergembira dan mudah dibuat bahagia. Selalu ada senyuman dan tanda kebahagian di wajahnya mulianya
2. He was soft-natured and when the people needed his approval, he easily gave consent.
Bawaan Beliau sangat lembut dan jika orang-orang membuntuhkan izinnya, beliau dgn mudah memberikan persetujuan.
3. He did not speak in a harsh tone nor was he stone-hearted. He did not
scream while speaking, nor was he rude or spoke indecently.
Beliau tidak bicara dlm nada keras juga tidak keras hati.
Beliau tidak berteriak ketika berbicara, juga tidak kasar atau berbicara
tdk senonoh .
4. He did not seek other’s faults.
Beliau tidak mencari-cari kesalahan orang lain.
5. He never over-praised anything nor exceeded in joking, nor was he a miser.
Beliau tidak pernah memuji sesuatu berlebihan juga keterlaluan dalam bergurau, beliau juga tidak kikir.
6. He kept away from undesirable language and did not make as if he did not hear anything.
Beliau selalu menghindari bahasa yg tdk disukai dan tidak membuatnya seolah-olah beliau tidak mendengar apapun.
7. If he did not agree with the next person’s wish he did not make that
person feel disheartened, nor did he promise anything to that person.
JIka beliau tidak setuju dengan harapan seseorang, beliau
tidak membuat orang itu merasa kecil hati, beliau juga tidak menjanjikan
apapun kepada orang itu.
8. He completely kept himself away from three things: from arguments,
pride and senseless utterances. He prohibited people from three things.
Beliau benar2 menjaga dirinya dari 3 perkara: dari berdebat,
berbangga dan ucapan2 bodoh. Beliau melarang orang-orang dari 3
perkara.
9. He did not disgrace or insult anyone, nor look for the faults of
others, he only spoke that from which thawaab and reward was attained.
Beliau tidak kasar dan menghina siapapun, tidak juga mencari
kesalahan-kesalahan orang lain, beliau hanya bicara dari yang
ditanyakan dan memblasnya dgn yg dimengerti.
10. When he spoke, those present bowed their heads in such a manner, as
if birds were sitting on their heads. (They did not shift about, as
birds will fly away on the slightest move). When he completed his talks,
the others would begin speaking. (No one would speak while Sayyidina
Rasulullah Sallallahu’Alayhi Wasallam spoke. Whatever one wanted to say,
it would be said after he had completed speaking). They did not argue
before him regarding anything. Whenever one spoke to him the other would
keep quiet and listen till he would finish. The speech of every person
was as if the first person was speaking. (They gave attention to what
every person said. It was not as is generally found that in the
beginning people pay full attention, and if the talk is lengthened they
became bored, and begin to pay less attention). When all laughed for
something, he would laugh too. The things that surprised the people, he
would also show his surprise regarding that. (He would not sit quietly
and keep himself aloof from everyone, but made himself part of the
gathering).
Tatkala beliau berbicara, mereka yang hadir menundukkan
kepala mereka penuh kesopanan, seperti burung-burung jika duduk. (mereka
tidak beranjak, melainkan sebgm burung akan terbang rendah) . ketika
beliau menyelesaikan pembicaraannya, yang lain akan mulai berbicara.
(tidak ada seorang pun yg berbicara saat Sayyidina Rasulullah
Sallallahu’Alayhi Wasallam bicara. Siapa saja salah seorang yang ingin
berbicara, akan bicara setelah beliau menyelesaikan pembicaraannya) .
mereka tidak akan berargumen sebelum beliau menaruh perhatian pd
sesuatu..jika sewaktu-waktu salah seorang berbicara kepada beliau, yang
lain akan diam dan mendengarkan orang tsb hingga selesai. Pembicaraan
setiap orang seolah-olah orang yg pertama berbicara. (mereka memberikan
perhatian pada setiap apa yg orang katakan. Tidak seperti keumuman orang
pertama mendapat perhatian penuh, dan jika si pembicara bicara panjang
lebar mereka menjadi bosan, dan mulai tdk memperhatikan). JIka semua
orang tertawa beliau akan ikut tertawa juga. Hal-hal yg membuat
seseorang terkejut beliau akan menunjukan keterkejutan beliau
menghormati itu. (beliau tdk duduk menyendiri dan menjauhkan diri dari
setiap orang , namun membuat dirinya bagian dari perkumpulan) .
11. He exercised patience at the harshness and indecent questions of a
traveller. (Villagers usually ask irrelevant questions. They do not
show courtesy and ask all types of questions. Sayyidina Rasulullah
Sallallahu ‘Alayhi Wasallam did not reprimand them but exercised
patience). The Sahaabah would bring travellers to his assemblies (so
that they themselves could benefit from the various types of questions
asked by these people, and also hear some questions regarding which they
themselves, due to etiquette, would not ask). Rasulullah Sallallahu
‘Alayhi Wasallam’ would say: ‘When you see a person in need, then always
‘help that person’.
Beliau berusaha bersabar dlm menghadapi kekerasan dan
pertanyaan tidak senonoh dari seorang nomad. (orang dusun biasanya
bertanya dgn pertanyaan yg tdk relevan, mereka tidak menunjukkan
kesopanan dan bertanya macam-macam. Sayyidina Rasulullah Saw tdk
mencerca mereka namun berusaha sabar). Sahabat akan membawa nomad ke
perkumpulannya (shg mereka sendiri dapat keuntungan dari beragam
pertanyaan yg ditanyakan oleh orang2 tsb, dan juga mendengar bermacam
pertanyaan yg diminta orang-orang ini, dan juga beberapa pertanyaan yg
mana mereka sendiri tanyakan, dalam kaitan dgn etiket, mereka tidak akan
menanyakannya ) . Rasulullah Sallallahu ‘Alayhi Wasallam’ akan bersabda
: ‘jika kamu melihat orang dalam keperluan, maka selalulah “bantu orang
itu” .
12. (If someone praised him, he would detest it). If someone,
by way of thanks praised him, he would remain silent, (because it is
necessary that one ‘thank a person for a good favour or good deed. It is
like one fulfilling one’s duty. Some of the ‘ulama have translated this
as: ‘If one did not exceed in praising him, he would keep silent’. That
means if he exceeded he would prohibit him).
jika seseorang memuji beliau, beliau akan membenci pujian
itu) . jika seseorang memuji sbg bentuk terima kasih, beliau akan diam,
(sebab hal itu perlu seseorang ‘berterima kasih untuk orang yg menyokong
kebaikan atau perbuatan baik. seperti seseorang yg memenuhi tugasnya.
beberapa ‘ulama telah menterjemahkan ini yakni: ‘Jika salah seorang tdk
berlebihan dalam memuji beliau, beliau akan diam” . ini berarti jika berlebihan beliau akan melarang orang tsb.) .
13. He did not interrupt someone talking and did not begin speaking
when someone else was busy speaking. If one exceeded the limits he
would stop him or would get up and leave (so that that person would
stop)”.
Beliau tidak menginterupsi seseorang yg berbicara dan tidak
memulai berbicara ketika seseorang sedang sibuk berbicara. Jika
seseorang berlebihan berbicara beliau akan menghentikannya atau akan
bangun dan pergi (sehingga orang tsb mau berhenti berbicara)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar